Selasa, 04 Februari 2014

ceramah habib Munzir Al-Musawa Sifat Pencemburu Allah SWT


ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ
ﻭﺳﻠﻢ : ﻟَﺎ ﺃَﺣَﺪَ ﺃَﻏْﻴَﺮُ ﻣِﻦْ ﺍﻟﻠَّﻪِ،
ﻭَﻟِﺬَﻟِﻚَ ﺣَﺮَّﻡَ ﺍﻟْﻔَﻮَﺍﺣِﺶَ، ﻣَﺎ ﻇَﻬَﺮَ
ﻣِﻨْﻬَﺎ، ﻭَﻣَﺎ ﺑَﻄَﻦَ، ﻭَﻟَﺎ ﺷَﻲْﺀَ، ﺃَﺣَﺐُّ
ﺇِﻟَﻴْﻪِ ﺍﻟْﻤَﺪْﺡُ، ﻣِﻦْ ﺍﻟﻠَّﻪِ، ﻭَﻟِﺬَﻟِﻚَ ﻣَﺪَﺡَ
ﻧَﻔْﺴَﻪُ
( ﺻﺤﻴﺢ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ (
Sabda Rasulullah SAW: “Tiada
siapapun yang lebih pencemburu
dari Allah, karena itulah Dia (SWT)
melarang perbuatan dosa dan jahat,
yang terang terangan atau yang
tersembunyi, dan tiada siapapun
yang lebih suka dipuji, selain Allah,
oleh sebab itulah Dia (SWT) memuji
Dzat-Nya (SWT) sendiri) (Shahih
Bukhari)
Assalamu’alaikum warahmatullahi
wabarakatuh
ﺣَﻤْﺪًﺍ ﻟِﺮَﺏٍّ ﺧَﺼَّﻨَﺎ ﺑِﻤُﺤَﻤَّﺪٍ ﻭَﺃَﻧْﻘَﺬَﻧَﺎ
ﻣِﻦْ ﻇُﻠْﻤَﺔِ ﺍْﻟﺠَﻬْﻞِ ﻭَﺍﻟﺪَّﻳَﺎﺟِﺮِ
ﺍَﻟْﺤَﻤْﺪُﻟِﻠَّﻪِ ﺍﻟَّﺬِﻱْ ﻫَﺪَﺍﻧَﺎ ﺑِﻌَﺒْﺪِﻩِ
ﺍْﻟﻤُﺨْﺘَﺎﺭِ ﻣَﻦْ ﺩَﻋَﺎﻧَﺎ ﺇِﻟَﻴْﻪِ ﺑِﺎْﻹِﺫْﻥِ ﻭَﻗَﺪْ
ﻧَﺎﺩَﺍﻧَﺎ ﻟَﺒَّﻴْﻚَ ﻳَﺎ ﻣَﻦْ ﺩَﻟَّﻨَﺎ ﻭَﺣَﺪَﺍﻧَﺎ
ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻭَﺑـَﺎﺭَﻙَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ
ﻭَﻋَﻠَﻰ ﺁﻟِﻪِ ﺍَﻟْﺤَﻤْﺪُﻟِﻠّﻪِ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﺟَﻤَﻌَﻨَﺎ
ﻓِﻲ ﻫَﺬَﺍ ﺍﻟْﻤَﺠْﻤَﻊِ ﺍْﻟﻜَﺮِﻳْﻢِ ﻭَﻓِﻲ
ﺍﻟْﺠَﻠْﺴَﺔِ ﺍﻟْﻌَﻈِﻴْﻤَﺔِ ﻧَﻮَّﺭَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻗُﻠُﻮْﺑَﻨَﺎ
ﻭَﺇِﻳَّﺎﻛُﻢْ ﺑِﻨُﻮْﺭِ ﻣَﺤَﺒَّﺔِ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﺭَﺳُﻮْﻟِﻪِ
ﻭَﺧِﺪْﻣَﺔِ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﺭَﺳُﻮْﻟِﻪِ ﻭَﺍْﻟﻌَﻤَﻞِ
ﺑِﺸَﺮِﻳْﻌَﺔِ ﻭَﺳُﻨَّﺔِ ﺭَﺳُﻮْﻝِ ﺍﻟﻠﻪِ ﺻَﻠَّﻰ
ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭﺁﻟِﻪِ ﻭَﺻَﺤْﺒِﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ .
Limpahan puji kehadirat Allah
subhanahu wata’ala Yang Maha
Luhur, Yang Maha membuka rahasia
kerajaan alam semesta dengan
cahaya keindahaNnya, melimpahkan
cahaya keluhuran, cahaya kemuliaan
dan cahaya kasih sayangNya, dan
kita sebagai manusia diberi
kesempatan untuk melewati
kehidupan yang sementara di dunia
demi mencapai keridhaan Allah
yang kekal dan abadi, untuk
mencapai kebahagiaan yang kekal
dan abadi. Allah subhanahu
wata’ala menerangi jiwa hambaNya
dengan iman, sehingga terang
benderanglah jiwa itu sebab cahaya
Allah, yang mana akan terlihatlah
sifat-sifat kita yang hina yang
kemudian kita siap untuk
meninggalkannya, dengan cahaya
tersebut terlihat dan terpisahlah
antara sifat yang baik dan sifat
yang buruk dalam hati kita hingga
kita dapat membedakan dan dengan
mudah untuk menjalankan
perbuatan yang baik dan
meninggalkan perbuatan yang hina.
Namun ketika cahaya iman dalam
hati seseorang semakin gelap, maka
ia semakin tidak akan dapat
membedakan antara hal yang baik
dan yang buruk, sebaliknya semakin
terang cahaya iman di hati
seseorang maka ia akan semakin
mampu membedakan antara
perbuatan yang diridhai Allah
subahanahu wata’ala dan perbuatan
buruk yang dimurkai oleh Allah. Hal
ini akan terlihat dan tampak dengan
cahaya iman. Allah subhanahu
wata’ala berfirman :
ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻧُﻮﺭُ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﻭَﺍﺕِ ﻭَﺍﻟْﺄَﺭْﺽِ ﻣَﺜَﻞُ
ﻧُﻮﺭِﻩِ ﻛَﻤِﺸْﻜَﺎﺓٍ ﻓِﻴﻬَﺎ ﻣِﺼْﺒَﺎﺡٌ
ﺍﻟْﻤِﺼْﺒَﺎﺡُ ﻓِﻲ ﺯُﺟَﺎﺟَﺔٍ ﺍﻟﺰُّﺟَﺎﺟَﺔُ
ﻛَﺄَﻧَّﻬَﺎ ﻛَﻮْﻛَﺐٌ ﺩُﺭِّﻱٌّ ﻳُﻮﻗَﺪُ ﻣِﻦْ ﺷَﺠَﺮَﺓٍ
ﻣُﺒَﺎﺭَﻛَﺔٍ ﺯَﻳْﺘُﻮﻧَﺔٍ ﻟَﺎ ﺷَﺮْﻗِﻴَّﺔٍ ﻭَﻟَﺎ
ﻏَﺮْﺑِﻴَّﺔٍ ﻳَﻜَﺎﺩُ ﺯَﻳْﺘُﻬَﺎ ﻳُﻀِﻲﺀُ ﻭَﻟَﻮْ ﻟَﻢْ
ﺗَﻤْﺴَﺴْﻪُ ﻧَﺎﺭٌ ﻧُﻮﺭٌ ﻋَﻠَﻰ ﻧُﻮﺭٍ ﻳَﻬْﺪِﻱ
ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻟِﻨُﻮﺭِﻩِ ﻣَﻦْ ﻳَﺸَﺎﺀُ ﻭَﻳَﻀْﺮِﺏُ ﺍﻟﻠَّﻪُ
ﺍﻟْﺄَﻣْﺜَﺎﻝَ ﻟِﻠﻨَّﺎﺱِ ﻭَﺍﻟﻠَّﻪُ ﺑِﻜُﻞِّ ﺷَﻲْﺀٍ
ﻋَﻠِﻴﻢٌ
) ﺍﻟﻨﻮﺭ : 35 (
“Allah (Pemberi) cahaya (kepada)
langit dan bumi. Perumpamaan
cahaya Allah, adalah seperti sebuah
lubang yang tak tembus, yang di
dalamnya ada pelita besar. Pelita
itu di dalam kaca (dan) kaca itu
seakan-akan bintang (yang
bercahaya) seperti mutiara, yang
dinyalakan dengan minyak dari
pohon yang banyak berkahnya,
(yaitu) pohon zaitun yang tumbuh
tidak di sebelah timur (sesuatu)
dan tidak pula di sebelah barat
(nya), yang minyaknya (saja)
hampir-hampir menerangi,
walaupun tidak disentuh api.
Cahaya di atas cahaya (berlapis-
lapis), Allah membimbing kepada
cahaya-Nya siapa yang Dia
kehendaki, dan Allah memperbuat
perumpamaan-perumpamaan bagi
manusia, dan Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu.” ( QS.
An Nuur : 35 )
ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻧُﻮﺭُ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﻭَﺍﺕِ ﻭَﺍﻟْﺄَﺭْﺽِ
“Allah (Pemberi) cahaya (kepada)
langit dan bumi”
Dalam menafsirkan ayat tersebut,
sebagian Ulama’ menafsirkan
diantara penafsirannya bahwa Allah
Maha Mengasuh langit dan bumi,
Allah Maha Melindungi dan Maha
mengatur langit dan bumi, Allah
Maha Tunggal menentukan segala
kejadian di langit dan bumi, Allah
Maha Mampu merubah keadaan dan
Allah Mampu menerangi jiwa
hamba-hamba yang beriman
dengan kemuliaan dan cahaya-
cahaya tuntunan para Nabi dan
Rasul, yang berakhir dengan
pemimpin para pembawa cahaya
iman sayyidina Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam, yang
Allah memberinya gelar sebagai
“Cahaya yang terang benderang”
sebagaimana firmanNya :
ﻭَﺩَﺍﻋِﻴًﺎ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺑِﺈِﺫْﻧِﻪِ ﻭَﺳِﺮَﺍﺟًﺎ
ﻣُﻨِﻴﺮًﺍ
) ﺍﻷﺣﺰﺍﺏ : 46 )
“Dan untuk jadi penyeru kepada
Agama Allah dengan izin-Nya dan
untuk jadi cahaya yang
menerangi.” ( QS. Al Ahzaab : 46 )
Maka disini dapat kita fahami ketika
Allah subhanahu wata’ala
menggelari Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam sebagai “Pelita
yang terang benderang”, bahwa
beliau shallallahu ‘alaihi wasallam
lah cahaya Allah subhanahu
wata’ala, beliau lah hamba yang
menerangi alam semesta ini dengan
hidayah, dengan tuntunan keluhuran
dan seindah-indah budi pekerti
beliau shallallahu ‘alaihi wasallam,
yang diantaranya beliau adalah
makhluk yang paling ramah dan
dermawan, makhluk yang paling
sopan dan berlemah lembut dari
semua makhluk Allah subhanahu
wata’ala. Sebagaimana dalam
sebuah riwayat yang sering kita
dengan, dimana ketika seseorang
datang kepada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam dan
berkata : “sungguh aku akan celaka
dan masuk akan masuk
neraka”, maka Rasulullah
shallalahu ‘alaihi wasallam
bersbada : “wahai Fulan, apa yang
menyebabkanmu mengucapkan hal
demikian?”, kemudian orang itu
berkata : “Wahai Rasulullah, aku
telah berjima’ dengan istriku di
siang hari bulan Ramadhan”, maka
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda : “Bertobatlah
kepada Allah, dan engkau harus
berpuasa selama 2 bulan berturut-
turut”, maka orang tersebut
berkata : “wahai Rasulullah, aku
adalah seorang kuli yang miskin,
untuk berpuasa selama satu bulan
bagiku sangatlah berat dan tidak
mampu melakukannya apalagi harus
berpuasa selama 2 bulan berturut-
turut”, . Kita ketahui bahwa tidak
ada seorang pun yang lebih tegas
dalam menjalankan syariat daripada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam, namun kita lihat
bagaimana keindahan dalam sikap
ketegasan beliau shallallahu ‘alaihi
wasallam dalam menanggapi
permasalahan orang tersebut, yang
mana ketika orang yang tadi berkata
bahwa ia tidak mampu melakukan
puasa selama 2 bulan, lantas
sebagai ganti dari puasa itu
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam menyuruh orang tersebut
untuk memberi makan 60 orang
miskin, maka ia pun
berkata : “Wahai Rasulullah aku
adalah seorang yang miskin, untuk
memberi makan keluargaku saja
aku merasa sangat kesusahan,
bagaimana aku harus memberi
makan untuk 60 orang”, mendengar
ucapan orang tersebut dan karena
kasih sayang dan sifat lemah
lembutnya Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam kemudian beliau
mengambil kurma milik beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam untuk
menebus dosa orang tersebut,
seraya berkata : “berikanlah kurma
ini kepada penduduk yang termiskin
di Madinah ”, maka orang tersebut
berkata : “Wahai Rasulullah, orang
yang termiskin di Madinah adalah
aku”, kemudian Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam
berkata : “jika begitu, ambillah
kurma itu untukmu”. Dari sini kita
ketahui bagaimana kelembutan dan
kasih sayang Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam baik ketika di dunia
atau pun kelak di akhirat. Dimana di
akhirat kasih sayang beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam berupa
syafa’at kubra, sebagaimana yang
banyak teriwayatkan dalam Shahih
Al Bukhari dan Shahih Muslim
bahwa beliau shallallahu ‘alaihi
wasallam mensyafaati sedemikian
banyak orang yang telah masuk ke
dalam neraka selama ia tidak
menyembah kepada selain Allah
selama hidup di dunia. Namun
dalam hal ini masih banyak orang
yang terkadang merasa bingung
dan bertanya-tanya ; “siapakah
yang lebih baik dan berkasih
sayang, Allah subhanahu wata’ala
atau nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam?, Allah subhanahu
wata’ala yang telah menciptakan
neraka kemudian memasukkan
hamba-hambaNya ke dalam neraka
itu namun Rasulullah shallallahu
‘alahi wasallam justru
mengeluarkan mereka dengan
syafaat beliau Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam”. Maka
dalam hal ini harus kita fahami
bahwa Allah subhanahu wata’ala
lah yang telah menciptakan nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam dan menjadikan beliau
memiliki sifat lemah lembut serta
mampu memberikan syafaat untuk
manusia, maka kesemua itu adalah
atas kehendak Allah subhanahu
wata’ala, sebagai bentuk daripada
ungkapan cinta Allah kepada
hamba-hambaNya, maka cintailah
Allah subhanahu wata’ala Yang
memberi petunjuk dengan
cahayaNya kepada siapa pun yang
dikehendakiNya, semoga kita
senantiasa diterangi oleh cahaya
Allah dengan hidayahNya, amin. Di
hari-hari terakhir ketika Rasulullah
dalam keadaan sakaratul maut,
diantara wasiat yang beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam
ucapkan adalah :
ﺍَﻟﺼَّﻼَﺓُ ﺍَﻟﺼَّﻼَﺓُ
“(Lakukanlah) shalat, shalat”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar