Jumat, 31 Januari 2014

Memandang Wajah Ulama Adalah Ibadah

“Kutipan Ceramah Al-Habib Jamal
bin Thoha Baagil”
Ada suatu kaum yang daerah tempat
mereka tinggal tidak turun hujan
hingga bertahun-tahun. Mereka
sudah hampir mati. Shalat Istisqa’
dilakukan berkali-kali, tetapi hujan
tidak kunjung datang.
Kemudian ada seorang yang
dianggap awam, memasuki daerah
tersebut dan berkata: “Wahai hadirin.
Apa yang kalian lakukan?”
“Istisqa’. Minta hujan”, jawab
mereka.
“Bolehkah saya membantu berdoa
agar hujan turun?”
“Lha wong orang sedesa sudah doa
dan istisqa’ belum juga turun hujan,
kok sampean berani nantang turun
hujan?”
“Mungkin doa saya diterima oleh
Allah.”
“Ya sudah kalau begitu, monggo
silakan.”
Kemudian orang asing tersebut
menengadahkan tangan ke langit
seraya berdoa: “Ya Allah, berkat apa
yang ada dimataku ini, tolong
turunkan untuk mereka hujan ya
Allah.”
Tidak lebih dari 10 menit langit
mendung. Tidak sampai setengah
jam kemudian turunlah hujan. Mereka
bertanya:
“Apa doa yang kau lakukan?”
“Saya hanya tawasul dengan amal
saya.”
“Apa amalan yang ada di matamu?”
“Saya hanya tawasul dengan mata
saya yang pernah memandang
seorang wali dan ulama, bernama
Abu Yazid al-Busthami.”

Memandang wajah seorang alim
adalah ibadah. Ini merupakan salah
satu kemuliaan yang diberikan Allah
kepada hambaNya yang berilmu.
Berdoa agar keinginan dikabulkan
oleh Allah melalui tawasul dengan
amal, dalilnya tentu sudah kita
ketahui. Karena haditsnya shahih dan
masyhur. Yaitu hadits tiga orang
yang terperangkap di dalam gua.
Wallahu a’lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar